Menatap musim depan, PSMS wajib mandiri

(WOL Photo/Austin Antariksa)

MEDAN - Musim 2010/2011 telah berakhir bagi PSMS Medan. Hasilnya berupa kegagalan menembus semifinal yang juga menutup kembali pintu Liga Super Indonesia (LSI) bagi Ayam Kinantan.

PSMS harus kembali berjuang di kasta kedua kompetisi sepakbola nasional untuk mencari pencapaian yang lebih baik. Skuad dan manajemen 2010/2011 telah dibubarkan. Lalu apa langkah ke depan?

Musim depan masih dengan harapan yang sama. Namun sederet pekerjaan rumah menanti dan menjadi catatan untuk diperbaiki. Tentu jika tak ingin kembali menelan pil pahit kegagalan. PSMS harus kembali hadir dengan tim yang lebih berkualitas, dan manajemen yang lebih baik. Dan semua itu bersumber dari pendanaan yang sehat.

Masalah baru menanti mengingat dana APBD tak lagi diperbolehkan mengalir ke kas PSMS. Peraturan pemerintah terbaru mengharuskan PSMS dan klub-klub sejenisnya di Indonesia mandiri. Ini tentunya menjadi cambuk bagi pengurus PSMS dan manajemen yang terbentuk nantinya untuk lebih serius mencari dana.

Betapa tidak, dalam dua musim terakhir PSMS sangat bergantung pada APBD. Perekrutan pemain mulai dari kontrak sampai pembayaran gaji setiap bulan mutlak bersumber dari APBD.

“Kami harus lebih aktif mencari pendanaan PSMS ke depan. Uang APBD pun sebenarnya tidak cukup untuk mendanai kebutuhan tim selama semusim. Kebutuhan tim mencapai 11 miliar sementara dana APBD yang cair hanya 7 miliar. Kami harapkan Pak Rahudman (Ketum PSMS-red) bisa memecahkan masalah ini,” ujar Sekretaris Umum PSMS, Idris.

Dampaknya kebutuhan tim tak terpenuhi. Untuk kostum latihan saja PSMS tak memadai. Belum lagi gaji yang kerap telat dan bonus yang tidak jelas.

“Visi dan misi PSMS harus jelas dulu. Manajemen kita buruk. Kostum latihan, tim medis, bonus pun tak jelas. Ini harus dibenahi kalau memang serius ingin ke Superliga,” ujar Donny Siregar yang menjadi bagian dari skuad PSMS 2010/2011.

Dukungan dari swasta pun sangat diharapkan. Dua musim terakhir pasca tergusur dari Superliga, PSMS kesulitan mendapatkan sponsor. Entah manajemen yang kurang sigap atau memang ketertarikan mendanai PSMS dari para pengusaha Medan berkurang. Hanya bermain di kasta kedua Liga Indonesia sehingga sponsor enggan mendekati kerap menjadi alasan yang dilontarkan saat ditanya lowongnya sponsor.

Bank Sumut sempat hadir menjadi penyelamat di akhir kompetisi lalu dengan ikut mendanai kebutuhan tim. Komitmen kabarnya akan berlanjut hingga musim berikutnya. Namun bank pemerintah daerah Sumut itu tak mungkin menanggung seluruh pembiayaan PSMS.

“Dari sini kita harapkan dukungan pengusaha-pengusaha kota Medan untuk membantu PSMS. Sebagai Walikota, Pak Rahudman (Harahap-red) mungkin bisa merangkulnya,” ujar Idris.

0 komentar:

Posting Komentar

your comment